Aug 1, 2009

[FF] Destiny Of Love #2

setelah saiia kelar jg ngetik..
finally rilis jg nih chapter 2..
mianhaeyo buat para pembaca yg udah lama nunggu *lebaii*
terutama Iyaz yg udah marah2 ^^
keep reading and always comment yap..
xDD


CHAPTER 2

Pukul 07.00 pagi WK (Waktu Korea)
Kubuka perlahan kelopak mataku yang membengkak. Perlahan cahaya pagi mulai masuk ke sela-sela kedua mataku. Kupejar-pejarkan sesaat mencoba membiasakan mataku dengan cahayanya. Kepalaku sedikit sakit dan tersa berat. Namun sakit kepala ini tak seberapa disbanding dengan rasa sakit hatiku sekarang. Aku sedikit linglung. Aku mencoba berkhayal kalau itu hanya mimpi. Namun tak bisa. Sungguh sakit untuk dilupakan. Hatiku seakan membeku perlahan. Semua ini bukan karena diriku atau siapapun, tapi karenanya.

Aku tak tahan melihatnya terluka, melihatnya menangis, bahkan memohon dalam tangisnya. Seakan aku terjerumus oleh perasaan bersalahku saat itu. Aku tak dapat berkata-kata. Hanya tetes air mataku yang berbicara. Tapi hal itu malah menambah penderitaanya. Aku ingin hilang jika itu membuatnya tenang. Ingin ku ulang semua waktu. Tapi sudah terlambat. Sekarang aku hanya ingin hilang… Pergi meninggalkannya.

#Flashback#
Wajahku menegang. Aku tak tau apa yang akan aku katakan. Sebegitu parahnyakah penyakitku ini?
“Apa itu YunHo? Beritahu aku!” seru MinHo dari belakangku. Aku menoleh kehadapannya. Aku lihat wajahnya lebih kaget daripada aku. Aku takut. Belum pernah aku melihatnya seperti ini.
“Maafkan aku, mungkin aku salah. Tapi ini sudak ku cek berulang kali,” YunHo diam sesaat. “Ji Hee mengidap pembekuan otak stadium akhir.”
Untuk sesaat suasana menjadi hening. Aku bingung. Bahkan aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Aku tahu bahwa penyakitku pasti parah. Namun sebagian hatiku masih belum menerima semua ini. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuka pembicaraan.

“Ah, aku tak apa-apa koq YunHo-ssi. Mungkin kau salah.”
“Ji Hee-ah!” seru MinHo di belakanku.
“Tidak oppa! Dia yang salah! Itu tidak benar. Aku hanya sakit kepala bisa. Oppa tenang saja,” seruku. “Tenang saja oppa, aku pasti akan sembuh.” Namun entah mengapa air mataku menetes di pipiku. Aku buru-buru menghapusnya supaya tidak membuat MinHo khawatir.
“Ji Hee-ah.. Sudahlah..,”
“YunHo-ssi!!” teriakku memotong kata-kata MinHo. “Bilang pada oppaku kalau aku akan sembuh. Aku tahu kau berbohong kan? Aku pasti akan sembuh!” pintaku pada YunHo. Semakin lama air mataku semakin mengalir.
“Mianhae, Ji Hee-ah. Sungguh sulit menyembuhkan penyakitmu. Bahkan hanya sedikit orang yang berhasil hidup dengan penyakit sepertimu ini. Aku…”
“Apa yang akan terjadi padaku?!”potongku lagi dengan cepat.

“Ji Hee-ah, tenanglah...”
“YunHo-ssi, jawab aku!” teriakku tanpa mempedulikan MinHo.
“Perlahan kau akan sulit berpikir, penglihatanmu akan kacau. Sampai akhirnya kau akan cacat, dan menghadapi kematian.”
YunHo diam. Tak bergeming lagi. Aku pun begitu. Sulit untuk memahami apa yang terjadi. Aku mendengar suara isak tangis di belakangku.
“Berapa persen kesembuhanku?” tanyaku lagi. Suaraku sudah sangat parau. Aku mencoba menenangkan diri sesaat dan bertanya lagi. “Berapa persen kesembuhanku?”

“Kau akan sembuh, Ji Hee,” seru MinHo. Dia berjalan menghampiriku dan memeluk tubuhku dengan erat. Aku tahu dia menangis. Namun ia menahan tangisnya saat memelukku. Entah apa yang harus aku lakukan. Aku sudah tak bisa berbicara lagi. Dadaku sungguh sesak. Aku hanya diam selama MinHo memelukku.
“Kau akan sembuh. Ingat itu, Ji Hee! Aku berjanji, apapun akan aku lakukan demi kesembuhanmu.”
Aku pun tetap diam. Diam tanpa kata dalam pelukan eratnya. Tiba-tiba air mata deras jatuh dari mataku tanpa henti. Terus mengalir membasahi pipiku.

“YunHo, lakukan apapun demi kesembuhan Ji Hee. Aku mohon padamu. Hanya kamu yang dapat menyembuhkannya. Aku akan memberikan apapun padamu. Aku mohon, sembuhkan dia, YunHo.” Isak tangis itu terdengar lagi. Tangis seorang lelaki yang memelukku lebih dalam dan menyayat hatiku. Semakin erat ia memelukku. Seakan tak ingin melepaskan aku. Aku hanya dapat diam. Mencucurkan air mataku yang tak bisa berhenti sedetik pun. Begitu pun MinHo. Ia terus menangis sambil memelukku. Menangis dan terus menangis.
#Flasback End#

1 bulan kemudian
Aku berjalan menelusuri pusat perbelanjaan di Seoul. Aku memasuki tiap-tiap butik yang berjejer rapi di dalamnya, memilih-milih baju-baju yang cocok dan menarik untukku. Namun tak ada satupun yang menghilangkan kegundahanku atau sedikit membuatku terhibur. Hingga akhirnya aku memilih pergi ke sebuah café untuk beristirahat. Aku duduk di pojok café tepat menghadap ke jendela. Dimana aku dapat melihat jalan raya yang ramai saat itu. Banyak orang berlalu-lalang. Namun tak ada satupun yang ku kenal. Memang aku tidak mempunyai seorang teman.
Hanya MinHo satu-satunya teman sekaligus keluargaku. Bahkan hidupku tak butuh seseorang yang bernama teman. Sejak kecil aku hanya bermain dengan kakakku. Di seorang kakak dan teman yang baik bagiku. Aku tak butuh yang lainnya. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan dari belakang. Aku pun menoleh.

“Annyeong haseyo!” sapanya.
“Ne. Annyeong haseyo, YunHo-ssi. Apa kabar?” sapaku kembali. Ternyata dia adalah seorang dokter tampan yang sangat ku kenal akhir-akhir ini.
“Kabarku baik. Bagaimna denganmu?” tanya YunHo sambil mengambil posisi duduk tepat di hadapanku. Kami berhadap-hadapan sekarang. Jadi aku bisa memandangi wajah tampannya sampai aku puas.
“Sama seperti biasa. Kurasa kau yang lebih tau tentang kesehatanku,” jawabku mengejek.
“Hmm, ya, benar juga.” Dia hanya tersenyum menanggapi ejekanku. Senyum itu membuat wajahnya semakin terlihat tampan. “Apa sakit kepalamu sedikit membaik?”
Kurasa tidak. Bahkan terkadang aku sulit berpikir akhir-akhir ini.”

“Kau harus terus mengontrol kesehatanmu dengan teratur.”
“Ya, ya, ya.. aku tahu. Hanya itu yang dapat membuatnya lebih tenang,” kataku.
“MinHo maksudmu?” tebak YunHo
“Siapa lagi? Hanya dia yang sangat mengkhawatirkan aku. Lebih dari diriku sendiri.”
“Aku tahu. Dia memang sangat menyayangimu.”
Kami pun diam sesaat. Dia sibuk dengan pelayan dan pesanannya. Sampai akhirnya secangkir cappuccino sampai di hadapannya, aku pun memulai kembali pembicaraan.
“Tak terasa sudah 1 bulan kau memvonisku. Dan selama itu pula dia sangat mencemaskan kesehatanku. Dia sampai sangat protektif. Bahkan dalam hal sekecil apapun pasti ia tanyakan padaku. Hahahaha… sungguh sangat aneh.”

“Apa kau sangat menyayanginya?” tanya YunHo.
“Lebih dari yang kau tahu. Hanya dia keluargaku. Dan aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya.”
“Kau… Apa kau mencintainya?” tanya YunHo lagi, kali Ini dengan wajah seriusnya. Aku kaget. Tak kusangka perasaanku diketahui olehnya. Buru-buru aku menyangkalnya agar dia tidak curiga.
“Aniyo.. Aku sangat menyayanginya sebagai oppa. Mana mungkin aku menyukainya sebagai lelaki.”
“Maafkan aku.. Aku berbicara yang tidak-tidak.”
“Gwaenchanaeyo, YunHo-ssi,” kataku sambil menyunggingkan senyum.

“Ji Hee, apakah kau melupakan sesuatu?” tanya YunHo untuk kesekian kalinya. Namun sekarang pandangannya sangat aneh. Ia terus menatapku dengan tajam.
“Apa? Maksudmu melupakan apa?”
“Ahh, tidak.. maksudmu apa kau tidak lupa untuk meminum obat-obatmu.”
“Hah? Lama-lama kau jadi mirip dengan MinHo, tahukah kau? Bagiku cukup hanya ada 1 MinHo di dunia ini. Aku tak ingin ada orang yang berlebihan sepertinya. Jangan sampai kau menjadi seperti dirinya,” kataku setengah mengancam.

“Huahahahaa.. kau lucu sekali!” YunHo tertawa geli. Aku tertegun. Hmm, seingatku baru kali ini aku melihatnya tertawa. Entah kenapa, perasaanku senang sekali melihat tawanya itu.
“nan himi deulddehmyun lucky in my life.. geudehga ggoom chuh lum daga onehyo..” Aku merogoh HP di tas mungilku. Di layar HP terpampang jelas nama “Oppa ^My Prince^ calling…”
“Yeoboseyo? Ne, oppa.. Iya, iya, aku akan pulang sekarang. Tunggu aku 20 menit lagi. Aku akan segera sampai. Iya, oppa.. Annyeong,” Aku menutup HPku, dan bergegas untuk pulang.

“Mianhaeyo, YunHo-ssi. Aku harus pulang sekarang. MinHo sudah menungguku.” jelasku.
“Boleh ku antar pulang?” YunHo menawariku jasa ‘antar-pulang’nya.
“Ne.. Gomawo..” jawabku.
Di dalam mobil, aku dan YunHo berbincang-bincang dengan seru, mulai dari hobi sampai pengalaman-pengalamannya. Sesaat aku merasa telah lama mengenalnya. Aku merasa sangat akrab dan dekat dengannya. Dia pun seperti mengerti diriku. Belum pernah aku merasa seperti ini denga norang lain selain MinHo. Apalagi baru sekitar sebulan aku mengenal YunHo. Tapi, perasaan apakah ini? Apa karena kami memiiki kesukaan yang sama sehingga aku merasa dekat dengannya? Atau aku memang pernah mengenalnya?

Sesampainya di rumah Ji Hee
YunHo memakirkan mobilnya di depan rumahku. Hari pun sudah gelap. Aku buru-buru ingin turun dari mobil sebelum MinHo menceramahiku karena baru pulang.
“Gomawo YunHo-ssi, sudah mengantarkaku sampai rumah.”
“Cheonmanaeyo,” jawabnya sambil tersenyum.
“Kalau begitu aku permisi dulu. Annyeong,”
“Tunggu, Ji Hee!” tiba-tiba YunHo menarik tangan kananku.
“Waeyo? Ada apa YunHo-ssi?” tanyaku heran.
“Ada yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting.”

“Ada masalah apa? Apa itu tentang kesehatanku?” tanyaku mulai cemas.
“Aniyo.. Ini bukan tentang kesehatanmu. Tapi tentang persaanku,”
Aku menatapnya heran. Perasaannya? Apa maksudnya?”
“Ji Hee-ah, apa benar kau tak ingat padaku?” YunHo duam sesaat. Tiba-tiba raut wajahnya berubah. “Aku mencarimu, Ji Hee. Sudah sekian lama aku mencarimu. Hingga akhirnya aku dapat menemukanmu,” tutur YunHo. Perlahan air mata jatuh di pipinya.
Aku masih tidak mengerti. YunHo? Menangis? Ada apa sebenarnya? Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya tadi.
“Tae Hye.. aku mencintaimu. Dari dulu hingga sekarang aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku lagi, Tae Hye..”

Mwo? Tae Hye? Siapa dia? Aku tak mengenalnya.
“Tae Hye? Siapa?” tanyaku bingung.
“Tae Hye adalah kau. Dan kau adalah Tae Hye-ku. Gadis kecilku yang sangat aku cintai. Hingga sekarang pun aku tetap mencintaimu.”
“Aku? YunHo-ssi, kau tau aku ini Ji Hee. Bagaimana bisa kau beranggapan aku ini adalah Tae Hye?”
“Kau adalah Tae Hye. Sebelum kau kecelakaan dan hilang ingatan, kau adalah Tae Hye. Sadarkah, Tae Hye. Ingatlah padaku. Kumohon..” YunHo semakin kencang menangis dan tiba-tiba ia memelukku. Spontan aku melepasnya.
“Maaf, YunHo-ssi. Aku tidak paham maksudmu.” Aku langsung keluar dari mobil dan membanting keras-keras pintu mobilnya. Aku berlari ke dalam rumah tanpa menoleh ke belakang lagi.

Apa ini? Apa maksud YunHo berkata seperti itu? Benarkah aku ini adalah Tae Hye? Lalu apa hubungan YunHo dengan Tae Hye? Begitu banyak pertanyaan menggerogoti pikiranku. Seakan-akan otakku ingin meledak. Arrrggh.. Kepalaku sakit.. Sakit sekali.. Aku tak dapat melihat apa-apa. Disini sangat gelap.. Arrrggh.. Sungguh sakit sekali.. Tolong aku…

#YunHo POV#
Tae Hye.. Kau adalah Tae Hye-ku, Ji Hee. Aku sangat yakin itu. Akhirnya aku menemukanmu, Tae Hye. Selama 1 bulan ini aku mengecek semua kebenaran tentang Ji Hee. Awalnya aku hanya merasa kalau kau sangat mirip sekali dengan Tae Hye kecilku. Sampai akhirnya aku menemukan semua kesamaan dirimu dengan Tae Hye. Mulai golongan darah, DNA, sampai tamda lahir di telapak kaki kananmu.

Namun aku masih belum yakin dengan hal ini. aku masih terus melacak latar belakangmu. Hingga akhirnya aku menemukan fakta bahwa kau anak angkat keluarga Lee. Mereka mengadopsimu 12 tahun yang lalu di pulau Jeju. Tempat dimana Tae Hye mengalami kecelakaan maut bersama kedua orang tuanya. Dimana Tae Hye kehilangan kedua orang tuanya, karena mereka meninggal seketika pada saat kecelakaan itu.

Anehnya, kami menemukan jasad kedua orang tuamu. Tapi kami tidak dapat menemukan jasadmu. Aku selalu merasa bahwa kau masih hidup, dan aku terus mencarimu tanpa kenal lelah sampai selama 12 tahun ini. Akhirnya aku dapat menemukanmu, Tae Hye. Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Seperti janjiku pada appamu dulu, aku akan selalu melindungimu selamanya.

Ji Hee-ah.. Kau adalah Tae Hye-ku..

>> To Be Continued <<

kommentnya teteup d tunggu oleh kami..
gomawo~ ^^

10 comments:

anggrel said...

wait. . wait. .
yg bner tae hye apa tae hee??

owh jdi sbner'a ji hee itu tae hee yg lupa ingatan??
cinta sgitiga dong? :?

hahaha jujur driq malah ktawa ngakak pas baca yg part k2 ini. . .
mungkin yg gara' d pulo jeju XDD

woke. . dtunggu part 3'a :D
ada 2 pmain lgi yg blum nongol yaa?

Desy L said...

jiah grel
sedih dunk

ad ap dngn pulo jeju?
lah pan dy kecelakaan d pulo jeju
jd d ad0psi.a d pul0 jeju jg dunk
masa d pulo gadung c*dies*

yg udah bca lngsung k0ment t0h
jngn lama2 y
oce oce. . .

*k0k mkin lg mkin lebay y nich epep 0.o*

diyong said...

ceritax gantungggg!!
krng gmnaaa~ gt
sedihx krng termehek2
dtunggu part lucux des.hehehehehe :D

nisanisa said...

emank apaannya yg lucu sih??
:?
prasaan gag ad yg lucu dri epep ini..

yg d Jeju grel?
lah emang knp??
o.O

Desy L said...

emank kurang sdh c
bhkan menurut w agak lebay gt 0.o

bntar makkk~
lucu?
perasaan nich epep jauh bgt dari hal lucu'a dah 0.o

tp tnang aj dah mak. . .
ntar ad epep kocak n gel0 k0k
tngl tnggu tnggal maen.a aj
tngl d p0st duank
wkakakakak
yg sabar ye. . .
aye!!!(0.^)

chii said...

komenn apa yakh...?
kmaren baca, sekarang udah lupa ceritanya..
wkkwkk~~
*ditendang*

ada 2pamin lagi..?
siapa tuh?
kasih bocoran dund...
:DD

nisanisa said...

haaah?
ad 2 pmain lg?
emank siapa aj?? o.O
*gw aj kaga tau*
haahah~

emank ad pmaen lg yak?
:?
tinggal kimbum kan?? ama sapa?

quote :
Deg! Ya Tuhan.. apalagi ini? Dia turun dari panggung! Untuk.. menghampiriku? Deg! Deg! Tidaak.. Dia semakin dekat! Aku bisa melihat wajah tampannya dengan jelas dalam jarak sedekat ini. Kemudian.. ia mengulurkan tangannya! Menawariku sekali lagi untuk naik panggung bersamanya dengan menyunggingkan senyum manisnya.

mau tau lebih lanjut??
coming soon~
xD

Desy L said...

hah? 2 pemain 0.o
kaga ad dah
sapa blng c 0.o

ap thu. . .
epep bru kah?
wah. . .
crita artis am fanz.a
keren thu. . .
d p0st y ntar

nisanisa said...

apaan tuh ya?
gag tau deh apa..
tunggu aj nanti xD
tp kayaknya msh lama xD
bingung sendri jadinya~

anggrel said...

lah kimbum n ntiz g nongol dstu??
:?

 

~ DC Entertainment ~ Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez