May 10, 2010

[FF] You're My Last Love

FF kedua yang aku posting disini..
demi melunasi hutangku pada member dc..
hehe..


happy reading :D



You're My Last Love

casts : Cho Kyuhyun, Park Taehee
genre : Romance
length : Oneshot / 904 words
rating : T / PG+13


“Yoboseyo?”
“Jagiya, kau belum tidur?”
“Belum. Kau meneleponku malam-malam seperti ini. Ada apa Kyunnie?”
“Aku ingin bicara padamu,”
“Bicara tentang apa? Katakan saja. Aku akan mendengarkan.”
“Bukan. Tidak bisa ku katakana di telepon. Besok aku tidak ada pemotretan. Kita bertemu di tempat biasa ya.”
“Tempat biasa? Baiklah. Jam berapa?”
“Kalau jam 10 pagi, bagaimana? Kau bisa kan?”
“Tentu saja aku bisa.”
“Baiklah, sampai ketemu besok, jagiya. Annyeong. Saranghae.”
“Nado saranghae, oppa. Annyeong”
Ku tekan tombol berwarna merah di handphone-ku yang memutuskan pembicaraanku dengannya. Tapi apakah ia ingat kalau besok adalah 1st anniversary kami? Tentu saja ia tak akan lupa kan? Aku jadi tidak bisa tidur membayangkan apa yang akan terjadi besok.

* * *

Aku tidak menyangka managerku akan menjemputku di rumah dan menarikku paksa ke lokasi pemotretan ! Padahal aku sudah berjanji akan bertemu dengan Taehee pukul 10 di taman! Dan kau tahu? Sekarang jam telah menunjukkan waktu tepat jam 10 dan aku masih berada di lokasi pemotretan yang jaraknya sangat jauh dari taman. Ku tepuk dahiku pelan saat melihat baterai handphone-ku yang lowbet. Babo! Aku lupa men-charge baterainya semalam. Kalau begini, bagaimana caranya aku bisa menghubungi Taehee?

* * *

Aku turun dari mobil managerku saat kami harus menuju arah yang berlawanan. Ku langkahkan kakiku dengan cepat menuju taman. Tapi aku ragu apakah Taehee masih menungguku disana? 5 jam lebih sudah berlalu dari waktu janjian kami. Aku akan sangat mengerti kalau dia lelah menungguku dan memutuskan untuk pulang. Tapi aku akan sangat mencintainya kalau ternyata ia masih setia menungguku sampai sekarang.

Saat melewati toko bunga, hatiku menyuruhku untuk berbelok arah sebentar dan membeli buket bunga mawar. Mawar, aku tahu Taehee sangat menyukai bunga itu. Tadinya aku merencanakan suatu kejutan untuknya. Tapi karena pemotretanku tadi, terpaksa ku batalkan rencanaku itu. Aku meneruskan perjalananku menuju taman sambil menggenggam erat buket bunga di tangan kananku. Aku tersenyum sendiri membayangkan bagaimana ekspresinya saat aku menyerahkan bunga ini untuknya.

* * *

Aku memasuki wilayah taman dengan hati tak karuan. Namun langkahku mantap menuju suatu tempat yang ku janjikan padanya. Kursi taman yang telah menjadi tempat favorit kami, karena pertemuan pertama kami terjadi disana. Kami selalu duduk disana ketika mengunjungi taman ini. Entah hanya untuk berbincang-bincang sambil makan es krim coklat kesukaannya. Ataupun untuk melepas lelah setelah kami berputar-putar mngelilingi taman yang cukup luas ini. Biasanya kami selalu bertemu di taman ini di akhir minggu. Tapi mungkin karena pekerjaanku sebagai seorang model yang baru saja ku mulai sekitar lima bulan lalu membuatku jarang menghabiskan waktu di taman ini bersamanya,

Aku semakin dekat dengan kursi favorit kami dan kulihat dia masih ada disana! Dia masih menungguku ! Ku lihat wajahnya yang cemas dan berkali-kali melihat sekeliling. Mungkin ia mencari-cari sosokku di tengah para pengunjung taman? Aku melangkah semakin dekat ke arahnya. Sekarang ku lihat ia sibuk dengan handphone-nya, seperti ingin menelepon seseorang, namun selalu dibatalkannya. Hal itu terus berulang sampai yang tiga kali. Aku bertanya-tanya, siapa yang ingin di telepon olehnya sebenarnya?

Aku melangkah lagi untuk mempersempit jarak antara kami. DIsaat itulah aku tersadar bahwa aku tidak memegang buket bunga yang tadi aku beli. Buket bungnya hilang ! Kemana perginya buket bunga itu? Padahal seingatku, aku tidak pernah melepaskannya sejak tadi.

Kini aku berdiri di hadapannya dan kebetulan sekali ia sedang menatap ke depan. Ke arah aku yang sedang beridiri. Tetapi ia sama sekali tidak menyadari keberadanku ! Kenapa ? Apakah ia marah padaku karena aku membuatnya menunggu terlalu lama dan sekarang ia pura-pura tidak mengenaliku?
“Jagiya,” panggilku sambil tersenyum lebar. Tetapi ia tetap diam.
Ku coba untuk menarik perhatiannya dengan melambaikan tangan kananku di wajahnya. Tetap tidak ada reaksi darinya dan ia malah mengalihkan pandngannya ke arah jam besar yang tak jauh dari kami. Pukul 15.15 sore. Aku sudah terlambat sekitar 5 jam dan Taehee sudah terlalu lama menungguku.

* * * *

Ku ulurkan tangan kananku, mencoba untuk meraih dan menggenggam tangannya. Tapi apa ini? Tidak bisa! Aku tidak bisa menyentuh tangannya ! Tidak terasa apa-apa seperti tanganku menyentuh udara kosong saja. Andwae~ Apa yang terjadi?

Ponsel yang digenggam Taehee berdering memecah keheningan. Dia menekan satu tombol dan menyapa seseorang yang menghubunginya. Aku tidak tahu apa yang dikatakan orang di telepon itu pada Taehee. Tapi seketika itu juga air matanya langsung mengalir deras. Tubuhnya bergetar hebat dan handphone-nya tejatuh dari genggamannya. Ada apa? Siapa yang meneleponnya itu? Apa yang membuat Taehee-ku menangis?

Tiba-tiba napasku tercekat di tenggorokan seolah-olah ada yang menarik paksa untuk keluar dari tubuhku. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Aku terengah-engah dan masih berusaha untuk menarik napas. Samar-samar aku bisa mendengar suara yang berasal dari handphone Taehee. Aku yakin aku sangat mengenali suara itu. Hwang Chansung, sahabat karibku. Aku tidak akan marah ataupun cemburu kalau ia menghubungi Taehee. Namun semua yang dikatakannya membuat mataku terbelalak.


* * * *


“Taehee-ah, kau harus sabar. Aku mengerti perasaanmu. Kita semua tidak ingin Kyuhyun pergi meninggalkan kita secepat ini. Kecelakaan itu terjadi begitu cepat. Mobil yang menabraknya itu… Ah, aku juga tidak tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya! Taehee? Taehee-ah, kau masih disana? Kau mendengarkanku kan? Kita harus cepat ke rumah sakit sekarang. Dimana sebenarnya kau berada? Aku akan segera menjemputmu disana! Jangan pergi sebelum aku datang! Kau mengerti, Taehee-ah?”


- E N D -


still in my room, Bekasi, Indonesia


when I listening to Sorry (Dear. Daddy) by f(x)


May 9th, 2010 - 19.50 WIB


by : {woobaby ♥}



udah aku ganti judulnya yaa :D
terinspirasi dari lagunya MBLAQ..
yang sampe sekarang masih pengen gue cari tau part-partnya =="



for desy : I hope you like it ;)

Read More......

May 8, 2010

[FF] I Did Wrong

AIGOOO~
dipaksa posting !
gak tau deh ini ceritanya gak karuan kayak apa >////<


.

` I Did Wrong `

casts : Park Eunjin, Kim Junsu, Kwon Jiyong (cameo)
genre : Romance
length : Oneshot / 1255 words
rating : T / PG+13


“Maaf, aku jenuh padamu.”
Kata-kata itu akhirnya keluar juga dari mulutku. Aku harap ia bisa mengerti. 2 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Ada kalanya aku merasa bosan, dan sekaranglah puncaknya. Berpisah untuk sementara waktu mungkin jalan yang terbaik untuk kami berdua. Lagipula berpisah sementara bukan berarti putus kan?
“Kita berpisah untuk sementara waktu. Aku rasa dengan begini kita bisa sama-sama berpikir apakah hubungan kita masih bisa dilanjutkan lagi atau tidak,” lanjutku.
“Untuk berapa lama?” tanyanya setelah terdiam sebentar.
“Aku juga tidak tahu. Sampai kita bisa memutuskan mana yang terbaik untuk kita.”
“Baiklah. Aku mengerti.”
* * * *

Rasanya aku sudah mengerti saat ia berkata ingin berbicara hal yang penting denganku. Terutama saat ia bilang bahwa ia jenuh padaku. Aku mengerti hubungan kami memang agak menjauh akhir-akhir ini. Akhir-akhir ini aku sering tidak punya waktu untuk bersamanya karena sibuk mengaransemen lagu untuk grup musikku. Aku dengarkan penjelasannya sampai ia selesai berbicara.
“Untuk berapa lama?” tanyaku. Tidak yakin apakah kalimat tadi adalah kalimat yang tepat untuk merespon penjelasan panjangnya.
Saat pembicaraan kami selesai, dimulailah masa-masa perpisahan kami yang menurutnya hanya sementara.
* * * *

Hari pertama setelah pembicaraan kami kemarin, berjalan dengan baik-baik saja. Walaupun aku (mungkin dia juga) merasa sangat lelah karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang aku dan dia. Sejak tadi pagi, teman-teman sekelas heran dan mulai bertanya-tanya saat melihat kami tidak berangkat sekolah bersama. Tentu saja mereka heran, karena pasangan yang diberi gelar “The Best Couple Ever” oleh mereka tidak mesra seperti biasanya, bahkan tidak berbincang-bincang dan malah terkesan menjauhi satu sama lain. Sepertinya mereka semua merasa khawatir kalau kami putus. Karena mereka akan sangat kehilangan pasangan yang sangat mereka setujui untuk menikah. Ada-ada saja mereka.
* * * *

Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Semua teman sekelas bertanya apakah aku sudah putus dengannya. Aku hanya menjelaskan dengan sabar. Memang tidak mudah berpisah seperti ini, apalagi kalau kami sekelas dan kami mempunyai teman-teman sekelas yang sangat peduli dengan hubungan kami. Tapi sepertinya dia baik-baik saja tanpaku seharian ini, jadi aku tidak perlu khawatir.
* * * *

Pulang sekolah, aku kebingungan mencari bus yang menuju ke rumahku. Kalau ku ingat-ingat, mungkin ini pertama kalinya aku naik bus selama 2 tahun terakhir. Berpacaran dengan seorang Kim Junsu selama kurang lebih 2 tahun, membuatku tidak tahu arah karena sangat dimanjakan olehnya. Kemanapun aku pergi, ia selalu siap sedia mengantar dan menjemputku. Begitupun kalau ke sekolah. Tiap pagi ia selalu menjemput dan sorenya mengantarku pulang.
“Lho? Kenapa kamu naik bus? Junsu tidak mengantarmu pulang?” tanya oppaku, Jiyong, terheran-heran saat aku baru saja sampai di rumah.
“Aku ingin mandiri, jadi aku pulang sendiri. Memangnya tidak boleh?” jawabku sekenanya.
“Hei, ini tidak seperti biasanya, makanya aku heran. Kenapa? Kau putus dengan Junsu?” tanyanya lagi.
“Tidak kok,” kataku sambil berjalan menuju kamar.
* * * *

Aku baru sadar bahwa aku mengarahkan motorku ke arah rumahnya saat aku berada di pertigaan dekat rumahnya. Aku menepuk dahiku pelan. Aku lupa kalau hari ini aku tidak perlu mengantarnya pulang. Rasanya hal itu sudah menjadi kebisaanku selama 2 tahun terakhir, jadi aku sulit untuk mengubahnya. Tapi, apakah ia tahu bus mana yang menuju ke arah rumahnya? Dia tidak akan tersesat kan? Atau mungkin dia meminta oppanya, Jiyong hyung, untuk menjemputnya?
* * * *

Hari kedua, ketiga, dan keempat, berjalan dengan lancar. Memasuki hari kelima, aku mulai merasakan ada yang hilang. Terutama saat jam pulang sekolah. Jiyong oppa hanya bisa mengantarku ke sekolah saat pagi hari. Dia tidak bisa menjemputku karena ia pun harus kuliah sampai sore. Aku yang selalu diantar pulang oleh Junsu, kini harus berdesak-desakkan di dalam bus. Lalu di malam hari, aku juga merasakan kehilangan saat menyadari tidak ada lagi yang meneleponku sebelum tidur. Sekedar mengucapkan selamat tidur, saranghae jagiya, ataupun menyanyikan lagu pengantar tidur untukku.
* * * *

Aku baru saja ingin memejamkan mata saat menyadari ada sesuatu yang kurang. Aku menyambar handphone yang ada di meja sebelah tempat tidurku secepat kilat. Membuka phonebook dan menatap nama kontak pertama yang ada disana. Jariku sudah tidak sabar untuk menekan tombol panggil. Sepertinya sudah lama sekali aku tidak mendengar suaranya. Aku juga ingin menyanyikan lagu untuknya. Tapi ku urungkan niatku untuk menghubunginya saat aku teringat pembicaraan kami lima hari lalu. Kami sedang berpisah sementara. Ya. Tentu saja aku tidak akan lupa tentang hal itu.
* * * *

Tanpa ku sadari, sekarang sudah genap seminggu saat kami memutuskan untuk berpisah sementara. Aku melangkahkan kaki menuju ke balkon kamarku. Kutatap langit yang gelap tanpa bintang. Ku genggam erat handphone di tangan kananku. Sejak tadi aku berkali-kali menatap layar handphone-ku. Berharap ada sms atau telepon masuk darinya. Aku menghela napas panjang.
“Babo ! Dia tidak akan menghubungimu ! Kalian kan sedang berpisah saat ini !” rutukku pada diri sendiri.
* * * *

“AAAAHH ! Aku tidak ada ide lagi !” teriakku kencang.
Lagu buatanku yang ku kerjakan selama dua minggu terkahir belum juga selesai. Padahal besoklah deadline-nya. Grup musikku harus rekaman besok sore. Aku mengingat-ingat sejak kapan proses pembuatan laguku ini terunda. Namun hanya ada satu hal di pikiranku. Hari itu, tepat seminggu yang lalu. Hari dimana aku berpisah dengannya. Berpisah sementara, maksudku.
Seperti terhipnotis oleh sesuatu, aku segera mengambil jaket dan berlari keluar rumah. Tidak ku pedulikan teriakan eomma-ku yang bertanya aku mau kemana. Aku terus berlari secepat kilat tanpa memperhatikan sekelilingku. Aku hanya ingin cepat-cepat sampai di tempat itu. Aku ingin cepat-cepat memeluknya.
* * * *

“TOK !”
Aku dikagetkan oleh bunyi sebuah benda yang mengenai kaca jendelaku. Sebuah batu kecil. Sepertinya di lempar dari arah… bawah? Aku melihat ke bawah dan melihat dia berada disana. Ya, dia. Kim Junsu. Kekasihku.
Tanpa pikir panjang aku segera masuk ke dalam kamar. Menutup jendelaku dengan rapat.
* * * *

Akhirnya aku sampai di depan rumahnya. Namun kakiku seakan bergerak tanpa perintahku untuk terus berlari ke arah samping. Menuju ke arah jendela kamarnya. Tepat saat itu ku lihat dia sedang berdiri di balkon kamarnya, menatap langit. Aku mencari cara untuk membutnya menyadari keberadaanku. Ku ambil sebuah batu kecil dan ku lemparkan kencang kearah kaca jendelanya. Tepat mengenai sasaran. Dia hanya diam menatapku dari arah sana. Belum sempat aku berkata untuk menyuruhnya turun, ia sudah berlari dan menutup jendelanya rapat-rapat. DEG! Kenapa dia bersikap seperti itu? Apakah ia benar-benar ingin berpisah denganku ?
* * * *

Aku menuruni tangga dengan cepat. Menabrak Jiyong oppa yang ingin menuju ke kamarnya yang berada di depan kamarku. Aku hanya ingin segera sampai ke tempatnya untuk memeluknya. Kami berdiri berhadapan dan jarak kami hanya tinggal 2 meter lagi. Ia menatapku. Entah apa arti tatapannya itu. Tanpa sadar air mata menetes di pipiku. Aku tak sanggup untuk berdiri lebih dekat lagi padanya. Aku telah berbuat salah karena memutuskan ‘perpisahan sementara’ ini. Aku telah berbuat salah karena tidak menyadari betapa pentingnya ia untukku. Bodohnya aku.
* * * *

Aku tidak menyangka ia akan berlari ke bawah untuk menyusulku. Ku kira kami sudah berkahir begitu saja saat ia menutup jendelanya tadi. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa menatapnya. Kemuadian aku melihat mata dan pipinya basah oleh air mata. Aku cemas. Apakah ia menangis karena aku?
* * * *

“Kau rindu padaku?” tanya Junsu setelah keduanya sekian lama terdiam.
Eunjin tidak menjawab. Air matanya mengalir semakin deras. Ia berlari dan memeluk Junsu erat-erat. Seolah-olah tidak mau melepaskannya lagi.
“Tentu saja aku sangaaaaaat merindukanmu, jagiya. Saranghae,” bisiknya di telinga Junsu.
Junsu sepertinya terkejut oleh tindakan Eunjin. Namun tanpa berpikir lagi, ia memeluk Eunjinerat sambil tangan kanannya mengusap rambut Eunjin dengan lembut.
“Nado saranghae, jagiya. Aku berjanji aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi,”

- F I N -


terinspirasi dari khayalanku semalam yang entah darimana asalnya...

In My Room, Bekasi, Indonesia,
May 8th, 2010 - 13.35 WIB
by : {woobaby ♥}

how was it?
yang baca W A J I B kasih komen ^^
i'll love you ! *hugs* haha
gomawo ~

Read More......
 

~ DC Entertainment ~ Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez